Candi Dieng

Ditulis oleh : aftonhomestay Pada 23 Apr 2018

Candi Dieng (aftonhomestay.com) – Saat ini wisata edukasi baik itu tentang alam maupun sejarah kian diminati. Banyak sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan membuat program untuk menambah pengetahuan siswa dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan berwisata sambil belajar. Salah satu tempat untuk berwisata sambil menambah pengetahuan tentang sejarah adalah kawasan candi. Dataran Tinggi Dieng yang berada di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak bangunan candi peninggalan umat Hindu masa lalu. Candi Dieng menjadi salah satu penanda pesatnya perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah pada masa lampau. Sudah beberapa tahun ini Candi Dieng menjadi obyek wisata sejarah yang sangat terkenal.

Bangunan Candi Dieng tersebar di beberapa daerah di Kabupaten Banjarnegara. Untuk mencapai candi-candi di Dieng ini sangat mudah. Letak candi-candi ini sebagian besar berdekatan. Agar bisa belajar sejarah, Anda bisa menyewa pemandu wisata yang lebih mengerti seluk-beluk sejarah Dieng untuk bertanya-tanya saat mengunjungi Candi Dieng. Dan pastinya dengan menyewa pemandu Anda tidak akan tersesat.

Berdasarkan penelitian, Candi Dieng diperkirakan dibangun pada abad ke-8 masehi atas perintah raja-raja pada masa Dinasti atau Wangsa Sanjaya. Hal ini didasarkan pada penemuan sebuah arca Siwa (salah satu dewa umat Hindu) dan batu tulis dengan angka 808 masehi yang ditulis dengan tulisan Jawa kuno. Angka tersebut menunjukkan bahwa batu tulis tersebut adalah batu tulis tertua yang pernah ditemukan. Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa bangunan-bangun Candi Dieng ada yang hilang atau rusak akibat bencana alam namun belum diketahui secara pastikapan Candi Dieng terekena karena bencana alam.

Tahun 1841 seorang tentara Inggris yang sedang liburan ke Dieng menemukan kompleks percandian di kawasan wisata daerah Banjarnegara. Saat itu keadaan Candi Dieng terendam air telaga. Diduga bangunan candi terkena banjir dan gempa bumi yang sering terjadi di Dieng. Setelah itu tepatnya pada tahun 1856 dilakukan pengeringan dan pembersihan yang dipimpin oleh orang Belanda bernama Van Kinsbergen. Untuk selanjutnya, bangunan candi dirawat dan dikelola oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan hingga Candi Dieng terbuka untuk umum sebagai obyek wisata sejarah andalan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng atau Dieng Plateau.

Candi Dieng dibagi menjadi 3 kelompok yang letaknya berdampimgan dan 1 candi yang berdiri sendiri. Kelompok-kelompok Candi Dieng yaitu Kompleks Candi Arjuna, Kompleks Candi Gatotkaca, Kompleks Candi Dwarawati, dan satu candi yang berdiri sendiri, yaitu candi Bima. Terlihat bahwa Candi Dieng diberi nama sesuai dengan tokoh-tokoh pewayangan di Kitab Mahabarata. Hingga kini belum jelas siapa yang memberi nama candi-candi tersebut. Berbeda dengan Candi borobudur atau Candi Prambanan yang berukuran besar, ukuran candi-candi di Kompleks Candi Dieng tidak terlalu besar, namun memiliki ciri atau karakter tersendiri yang membedakan candi yang satu dengan lainnya.

Kompleks Candi Arjuna adalah kompleks candi tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan dibangun pada masa Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno pada awal abad ke-9 Masehi. Kesimpulan tersebut didasarkan pada penemuan prasasti bertuliskan tahun 731 Caka (809) M di dekat Candi Arjuna. Karena Candi-candi di Kompleks Candi Arjuna bangunannya paling utuh di antara Candi Dieng lainnya, Kompleks Candi Arjuna sering digunakan untuk berbagai acara budaya, adat atau agama Hindu. Contohnya sebagai tempat pelaksanaan Galungan oleh umat Hindu dari berbagai daerah, yang paling banyak dari Bali. Tahun 2010, Kompleks Candi Arjuna mulai digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Dieng. Kompleks Candi Arjuna digunakan sebagai tempat pelaksanaan ruwatan anak gimbal Dieng dalam acara budaya tahunan dikenal dengan nama DCF (Dieng Culture Festival.
.
Kompleks Candi Arjuna merupakan kompleks candi terluas di Dieng Plateau dengan luas 1 hektar. Inilah yang membuat Candi Arjuna menjadi candi yang paling terkenal dibandingkan candi lainnya di Dieng. Jika menyebut Candi Dieng orang biasanya merujuk ke Candi Arjuna. Kompleks Candi Arjuna terletak di tengah-tengah tiga desa di Dieng, yaitu Desa Dieng Kulon di sebelah utara, Desa Dieng Wetan di sebelah Timur, dan Dukuh Karang Sari di sebelah selatan. Kompleks candi ini bisa diakses melalui jalur selatan dari arah Kawah Sikidang. Untuk memasuki Kompleks Candi Arjuna pengunjung membayar tiekt masuk sebesar Rp10.000,-. Itu adalah tiket terusan untuk obyek wisata Dieng Palteau Theater, Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Harga yang sangat murah untuk 3 obyek wisata menarik di Dieng.

Dalam Kompleks Candi Arjuna terdapat 5 candi yang terdiri atas 4 candi utama dan 1 candi perwara atau candi pelengkap. Candi utama letaknya berderet memanjang dari selatan ke utara. Paling selatan adalah Candi Arjuna, kemudian berturut-turut ke arah utara ada Candi Srikandi, Candi Sembrada, dan Candi Puntadewa. Candi ke-5 adalah Candi Semar yang merupakan candi perwara atau candi pelengkap. Letak candi ini tidak sederetan dengan keempat candi lainnya. Letaknya di sebelah barat atau posisinya persis menghadap ke Candi Arjuna. Kelima candi masih digunakan oleh umat Hindu Bali untuk sembahyang, kecuali Candi Semar.

Kelompok Candi Dieng ke-2 adalah Kompleks Candi Gatotkaca atau sering juga disebut Gatutkaca terletak di Kabupaten Banjarnegara atau sekitar 200 m sebelah barat Kompleks Candi Arjuna. Di seberangnya terdapat Museum Kailasa. Sama seperti Kompleks Candi Arjuna, Candi Gatotkaca bisa di akses melalui jalur selatan dari arah Kawah Sikidang dan Candi Bima. Letaknya di tepi jalan.
Dahulu, Kompleks Candi Gatotkaca terdiri atas 6 candi, yaitu Candi Gatotkaca, Candi Setyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Petruk, dan Candi Gareng. Candi-candi di Kompleks Candi Gatotkaca ini sebagian besar telah hancur. Sekarang, hanya Candi Gatotkaca dan Candi Setyaki yang bisa dinikmati karena telah dipugar.

Kelompok Candi Dieng ke-3 adalah Candi Dwarawati. Berbeda dengan candi lainnya, Candi Dwarawati ini cukup unik karena terletak di tengah-tengah pemukiman dan dikelilingi oleh lahan pertanian penduduk Desa Dieng Kulon. Ini mebuat pemandangan di Candi Dwarawati sangat indah dan menarik untuk tempat berfoto. Nama Dwarawati tidak diambil dari nama tokoh-tokoh pewayangan di kitab mahabrata tetapi berasal dari nama ibukota kerajaan Dwarata di India. Bangunan candi ini mirip bangunan candi Hindu di India.

Kelompok Candi Dieng berikutnya dan yang paling besar di antara candi lainnya di kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah Candi Bima. Candi ini letaknya tidak berdampingan dengan candi lainnya, melainkan menyendiri di atas bukit di paling selatan kompleks Candi Dieng. Lokasinya dekat dengan obyek wisata Kawah Sikidang, yaitu persis di samping pintu masuk kawasan kawah. Candi Bima juga dekat dengan obyek wisata Telaga Warna dan Dieng Plateau Theater sehingga pengunjung bisa sekalian berwisata ke obyek-obyek wisata tersebut dengan tiket terusan.

Obyek wisata sejarah Candi Dieng tidak kalah menarik dengan obyek-obyek wisata Dataran Tinggi Dieng lainnya. Kompleks Candi Dieng yang indah dan asri sangat cocok untuk berwisata. Keunikan bangunan bernilai sejarah dipadu keindahan alam yang sangat indah sangat menarik untuk dijadikan obyek foto Anda. Bangunan-bangunan candi bernilai sejarah yang dikelilingi perbukitan dan hamparan lahan pertanian sangat menarik untuk dijadikan tempat berfoto dan menikmati alamnya. Kapan lagi berfoto di bangunan-bangunan kuno yang antik dengan latar belakang pemandangan alam yang indah. Selain berwisata, pengunjung bisa sekalian belajar sejarah Jawa Kuno khususnya sejarah umat Hindu masa lalu. Berwisata ke Candi Dieng juga akan menumbuhkan kesadaran kita untuk melestarikan peninggalan sejarah yang sudah mulai punah. Jadi, wisatanya dapat, pendidikannya juga dapat.